Minggu, 15 April 2012

UNTUK KALIAN YANG SELALU ADA UNTUKKU....

Mungkin saat ini ku tak berarti untuk kalian..
mungkin saat ini kalian tak menganggapku ada
bahkan...
mungkin saat ini kalian tak melihat senyum itu dariku
saat kalian kan bertanya disekeliling..
namun..
ku akan tetap tersenyum hingga sinar matahari
tak sanggup lagi menyinari bumi..
meski cahaya bulan tak mampu lagi menyinari kegelapan malam..
ku akan menjadi apa yang kalian butuhkan..
karna ku ingin menjadi apa yang kalian inginkan..
hingga kalian mampu menyadari kehadiranku di antara kalian...
makasih karna kalian telah menjadi semangat baru buat hidupku...

SEnyum


hidup takkan selamanya berarti
saat ku tak mampu lagi bernafas
ku ingin hal itu kan memberikan kekuatan buatku
hingga ku mampu bangkit
dan memberikan cahaya kehidupan
buat dunia yang hampa dalam kegelapan
agar ku mampu tetap tersenyum buat dunia
tersenyum buat mereka
dan....
tersenyum untuk jiwa dan hidupku...

alur dalam novel pintu karya fira basuki


ALUR DAN PENGALURAN
Plot atau alur merupakan salah satu unsure fiksi yang penting, dan dapat pula dokatakan sebagai salah satu unsure yang terpenting dalam fiksi. Kejelasan plot menurut pendekatan structural merupakan kejelasan tentang hubungan antarperistiwa yang dikisahkan secara linier mampu mempermudah dalam pengkajian cerita yang ditampilkan.
Plot sering disebut alur secara tradisional namun, dalam teori-teori yang berkembangdikenal adanya istilah struktur naratif, susunan dan juga sujet.  Kegiatan pemplotan, pengaluran merupakan kegiatan memilih peristiwa yang akan diceritakan dan kegiatan menata atau mengolah dan menyiasatiperistiwa-peristiwa tersebut dalam struktur linier dalam karya fiksi.
UNSUR-UNSUR PENTING DALAM ALUR
Dalam sebuah karya fiksi peristiwa,konflik dan klimaks merupakan unsur yang sangat pentung dalam pengembangan sebuh plot atau alur. Adanya plot dapat ditentukan oleh ketiga unsure tersebut. Ketiga unsur tersebut memiliki hubungan yang mengerucut misalalnya dalam sebuah karya fiksi mengandung banyak cerita namun belum tentu semuanya merupakan konflik. Jumlah konflik juga sangat banyak, namun tidak semua konflik dapat dipandang sebagai klimaks.
a.       Peristiwa
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari satu keadaan kekeadaan yang lain(Luxemburg dkk: 1992:150). Peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi sangat banyak, namun tidak semua peristiwa tersebut berfungsi sebagai pendukung plot. Peristiwa dalam hubungannya dalam pengembangan plot/alur atau perannya dalam penyajian cerita peristiwa dapat di bedakan kedalam tiga jenis , yaitu peristiwa fungsional, kaitan dan acuan( Luxemburg dkk: 1992:151-2)
Peristiwa fungsional yaitu peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dan menentukan perkembangan plot. Urutan-urutan peristiwa fungsional merupakan inti karya fiksi yang bersangkutan.oleh karna itu, kehadiran peristiwa-peristiwa tersebut dalam kaitannya dengan logika cerita merupakan suatu keharusan. Dalam kaitannya dengan novel PINTU karya Fira Basuki  peristiwa fungsional dapat terlihat dari kehidupan Bowo terlahir sebagai bayi kuning yang ternyata memiliki indra keenam yang mampu melihat kehidupan yang tidak kasat mata. Bowo yang menjalin hubungan dengan beberapa wanita yang ditemuinya yang memiliki watak yang berbeda hingga akhirnya mengetahui kenyataan jika seorang wanita yang dulu dicinttainya masih setia menunggunya yang terjawab pada akhir cerita pintu hati pun terbuka.
Peristiwa kaitan yaitu peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa fungsional dengan pengurutan penyajian cerrita secara plot. Peristiwa ini kurang memengaruhi pengembangan plot cerita. Peristiwa kaitan akan memperlengkap cerita, menyambung logika cerita, memperkuat adegan dan peristiwa fungsional. Dalam kaitannya dengan novel PINTU karya Fira Basuki yaitu peristiwa yang dialami oleh Bowo saat menjalani hubungan bersama Erna yang ternyata pada akhirnya diketahui memiliki niat yang jahat. Selain itu, juga mengenai peristiwa pertemuan Bowo bersama Paris yang menyembunyikan identitasnya sebagai istri orang lain dan menjalin hubungan hingga akhirnya berpisah dan mekahi seorang wanita idaman orang tuanya.
Peristiwa acuan adalah peristiwa yang tidak secara lamngsung berpengaruh atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu pada unsur lain, misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin tokoh. Peristiwa ini menceritakan mengenai suasana alam dan batin (Luxemburg : 150-1). Dalam kaitannya dengan novel PINTU karya Fira Basuki yaitu pada saat Bowo memilih bekerja untuk membiayai hidupnya pada saat ayahnya tidak lagi bisa membiayainya. Bowo akhirnya bekerja bersama Antoni yang menjerumuskan dirinya berurusan dengan kepolisian.
b.      Konflik
Konflik yaitu suasana yang bersifat tidak menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh cerita.  Dalam novel PINTU karya Fira Basuki konflik batin yang dialami Bowo ketika mengetahui adanya kekuatan yang dimilikinya dan mengharuskannya mendatangi daerah yang tidak diketahuinya dan semua yang dilaluinya seakan hanya mimpi namun semua itu betul adanya. Selain itu juga konflik yang dialami pada saat menjalani hubungan bersama Erna yang pada akhirnya diketahui oleh teman-temannya jika iya dikirimi ilmu hitam dan membuatnya bermasalah dengan keluarganya akibat perilaku Erna.
c.       Klimaks
Dala sebuah katya fiksi, konflik dan klimaks sangat penting adanya. Sebuah konflik yang semakin menonjak dan meruncing hingga mencapai puncak disebut klimaks. Konflik Antara Bowo dan beberapa wanita mencapai puncaknya ketika Bowo dan Putri yang pada awalnya seorang pasang kekasih namun harus berakhir karna jarak yang memisahkan mereka, pada akhirnya mencengankan banyak orang di hari pernikahan Bowo dan Aida ketika Yangti (eyang putri) meninggal dunia selesai berbicara dengan Putri. Diketahui bahwa pembicaraan mereka yaitu mengenai perasaan Putri terhadap Bowo yang tak pernah hilang sampai saat itu dan pintu hati pun terbuka. Selain ketiga unsure tersebut, dapat ditambahkan beberapa unsure lainnya. Misalnya unsure kewajaran/kemungkinan. Pada novel PINTU karya Fira Basuki unsure kewjaran yaitu pada saat Bowo terlahir sebagai bayi kuning yang ternta memiliki mata ketiga atau mampu melihal hal-hal yang tidak kasat mata dan aura-aura yang dimiliki orang lain. Hal tersebut dapat diwajarkan karna Bowo juga dikatakan masih keturunan Sunan Kalijaga.
Yang kedua yaitu suspense(ketegangan). Pada novel PINTU karya Fira Basuki unsure ketegangan terjadi ketika Niko meninggal yang membuatnya ketakutan karna namanya terseret gara-gara pada saat kejadian tersebut dirinya bersama niko dan polisi pun mencarinya. Namun pada akhirnya masalah tersebut berakhir dan diketahui pelakunya adalah si Udel. Hingga akhirnya orang tua Bowo memutuskan mengirimya ke Amerika.
Selanjutnya unsure surprise/kejutan. Dalam novel PINTU karya Fira Basuki pembaca mendapatkan unsure kejutan yaitu pada saat Bowo mengunjungi adiknya yang berada di Singapura dan bertemu dengan seorang anak kecil yang memiliki nama yang sama dengan seorang wanita yang pernah bersamanya yaitu Paris. Bahkan anak kecil tersebut memiliki sifat,wajah dan memanggil dirinya sama dengan Paris. Selain itu surprise yang dimunculkan yaitu pada saat semua orang mengetahui pintu hati seorang Putri yang mampu menjaga cintanya terhadap Bowo meskipun Bowo seringkali menghianatinya hingga sampai pada puncaknya Bowo menikahi wanita lain dan ternyata Putri masih memiliki cinta itu dan menyebabkan Yangti meninggal.
            Dari keseluruhan yang ditampilkan pengarang baik dari segi alur,konflik,peristiwa hingga klimaks yang dialami oleh para tokoh, semua unsure tersebut memiliki keterkaitan diantaranya yang diawali dengan adanya tokoh Bowo yang pada awalnya menceritakan kisah percintaannya dengan beberapa wanita yang memiliki konflik yang berbeda hingga akhirnya cerita cinta tersebut berakhir dengan sebuah kisah yang sangat mencengankan yaitu sebuah ketulusan hati seorang wanita yang terabaikan oleh seorang laki-laki.

DAFTAR PUSTAKA
·         Basuki, Fira. 2002. Pintu. Jakarta: PT Grasindo.
·         Luxemburg, Jan van dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT Gramedia.
·         Sugihastuti, dkk. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
·         Suyoto, Agustinus. Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia.Http://www.unsur-unsur intrinsik prosa-.htm

tokoh dalam vovel pintu karya fira basuki


TUGAS 4
1.      TOKOH
Dalam novel PINTU karya Fira Basuki pengarang memunculkan beberapa tokoh diantaranya Bowo yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh sentral. Selain itu, pengarang juga menampilakan beberapa tokoh diantaranya papa, mama, Putri, Erna, yangti, june, jigme, adi, paris, jeliteng, H. Brewok, Udel, Dodi, Anna.
2.      CARA PENYAJIAN TOKOH
Penokohan yaitu penyajian watak tokoh  dan penciptaan citra tokoh. Dalam penyajian watak tokoh ada beberapa macam metode penyajian watak tokoh yaitu
a.       Metode analitis / langsung/diskursif
Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung
b.      Metode dramatik/tak tangsung/ragaan
Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula  dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c.       Metode kontekstual
Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang digunakan pengarang. Dalam novel ini, penyajian watak tokoh dengan menggunakan metode
Dalam novel ini menggunakan metode dramatik /tidak langsung/ragaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang  berhubungan dengan dengan aspek itu sendiri. Tokoh Bowo disajikan dalam tokoh utama oleh pengarang dengan memunculkan karakter tokoh tersebut sehingga pembaca mampu menangkap karakter tersebut. Selain itu dalam beberapa dialog, pengarang jiga memunculkan karaktaear tokoh utama sacara langsung memaparkan secara jelas karakter dari tokoh utama.
3.      PENOKOHAN:
Peran tokoh utama
Biasanya di dalam suatu cerita fiksi terdapat tokoh cerita atau pelaku cerita. Tokoh cerita bisa satu atau lebih. Tokoh yang paling banyak peranannya di dalam suatu cerita di sebut tokoh utama. Antara tokoh yang satu dengan  yang lain ada keterkaitan. Tindakan tokoh cerita ini merupakan rangkaian peristiwa antara satu kesatuan waktu dengan waktu yang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa sebelumnya. Jadi mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan-tindakanny. Dalam novel PINTU karya Fira Basuki dapat dilihat bahwa yang termasuk tokoh utama yaitu Bowo. Bowo menjalani kehidupannya sebagai manusia yang memiliki mata ketiga atau mampu melihat hal-hal yang kasat mata ataupun tidak kasat mata.  Dalam kehidupannya dia beberapa kali bertemu dengan beberapa wanita yang berbeda hingga akhirnya ia menemukan manita yang menemani hidupnya. Dalam novel ini, tokoh bowo ditampilkan secara terus menerus dari awal hingga akhir cerita. Tokoh bowo merupakan tokoh yang membawa konflik dalam
4.      KARAKTER TOKOH
Karakter tokoh dalam sebuah novel sangat berpengaruh terhadap alur cerita dalam novel tersebut. Dalam novel pintu tokoh Bowo merupakan tokoh utama. Karakter tokoh utama dalam novel ini ditunjukkan dengan ucapan-ucapan dan perbuatan  tokoh Bowo. Yaitu seorang laki-laki yang dijelaskan oleh pengarang memiliki mata ketiga atau indra keenam yang mampu melihat masa lalu dan masa yang akan datang. Tokoh utama
SUMBER
·         Basuki, Fira. 2002. PINTU .  Jakarta. PT. Grasindo
·         Suyoto, Agustinus. Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia.Http://www.unsur-unsur intrinsik prosa-.htm

Sejarah, unsur-unsur dan kelemahan strukturalisme.


Strukturalisme dalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaan  memiliki suatu struktur yang sama dan tetap. Tahun 1966 digambarkan oleh Francois Dosse dalam bukunya Histoire du Structuralism sebagai tahun memancarnya strukturalisme di Eropa, khususnya di Prancis. Perkembangan strukturalisme pada tahun 1967-1978 digambarkan sebagai masa penyebaran gagasan strukturalisme dan penerangan tentang konsep strukturalisme serta perannya dalam ilmu pengetahuan. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangung), structura berarti bentuk bangunan. Struktualisme berkembang pada abad  20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis.
Teori struktural memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu diantaranya:
a.       Karya sastra merupakan sesuatu yang otonom atau berdiri sendiri
b.      Karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun karya sastra
c.       Makna sebuah karya sastra hanya dapat diungkapkan atas jalinan atau keterpaduan antarunsur
Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antar unsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna.  Menurut Abrams, teori struktural adalah bentuk pendekatan yang obyektif karena pandangan atau pendekatan ini memandang karya sastra sebagai suatu yang mandiri. Ia harus dilihat sebagai obyek yang berdiri sendiri, yang memiliki dunia sendiri, oleh sebab itu kritik yang dilakukan atas suatu karya sastra merupakan kajian intrinsik semata. Abrams menambahkan, bahwa suatu  karya sastra menurut kaum strukturalisme merupakan suatu totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya.
Teori struktural memandang teks sastra sebagai satu struktur dan antarunsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna. Cara kerja dari teori struktural adalah membongkar secara struktural unsur-unsur intrinsik, yaitu dengan mengungkapkan dan menguraikan unsur-unsur intrinsik. Analisis struktural yang menekankan otonomi teks sastra, menurut Teeuw, ternyata belum  merupakan teori sastra. Bahkan tidak berdasarkan teori sastra yang tepat dan lengkap sehingga dapat membahayakan pengembangan teori sastra. Analisis berdasarkan konsep otonomi karya sastra juga menghilangkan konteksnya dan fungsinya. Akibatnya, karya sastra itu terasing dan akan kehilangan relevansi sosial budayanya. Makna karya sastra (puisi, cerpen, novel) tidak hanya ditentukan oleh struktur itu sendiri, tetapi juga latar belakang pengarang, lingkungan sosial budaya, politik, ekonomi dan psikologis pengarangnya. Faktor-faktor ekstrinsik yang disebutkan tadi memberikan andil yang besar kepada pengarang untuk melahirkan karyanya. Mengingat sastra tidak bisa dilepaskan dengan realitas kehidupan masyarakat, maka faktor-faktor lingkungan, kebudayaan dan semangat zaman, tak bisa diabaikan. Dengan demikian, gerakan otonomi karya sastra sesungguhnya berarti menempatkan pada ruang yang terpencil. Dalam kaitan inilah pendekatan struktural kemudian digugat karna dianggap terdapat kelemahan didalam analisisnya.



Sumber:
·         Suara Karya, Sabtu, 6 November 2010
·         Yusuf Kamal. 2009. TEORI SASTRA,Modul Mata Kuliah. IAIN Surabaya. Surabaya
·         Luxemburg, Jan Van dkk. 1984. Penganter Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Satra. Jakarta. Pustaka Jaya

puisi


Definisi puisi dari beberapa ahli.
1.    Puisi menurut Samuel Johnson
  Puisi adalah seni penyatuan kesenangan dengan kebenaran melalui sentuhan imajinasi yang bernalar.

2.    Puisi menurut Samuel Taylor Coleridge
“ puisi adalah rangkaian kata terbaik dalam tata urut nan indah. “

3.    Puisi menurut Percy Bysshe Shelley
  puisi adalah pengabdian saat-saat yang terbaik dan terbahagia dari sanubari nan bahagia dan indah.

4.    Puisi menurut Thomas Carlyle
“ pikiran yang musical.”
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang merupakan ekspresi konkret dan bersifat artistic yang berasal dari kehidupan manusia.

5.    Puisi menurut Matthew Arnold
“ puisi adalah di lembah kritik kehidupan”

6.    Puisi menurut Emily Dickinson
“ puisi adalah jika saya membaca sebuah buku dan buku itu membuat saya sedemikian menggigil sehingga tiada api yang mampu menghangatkannya saya segera mengetahui bahwa yang saya baca  adalah puisi. Ketika saya merasa secara pisik bahwa ubun-ubun saya dicomot, saya tahu itulah puisi. Adalah sesuatu yang lain seperti itu?


7.    Puisi menurut Wallace Stevens
“ puisi adalah kenikmatan dalam kata dengan sarana kata-kata.

8.    Puisi menurut W.H. Auden
“ puisi adalah ekspresi yang bening dari perasaan yang berbaur.
Dari beberapa definisi puisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah sebuah ungkapan jiwa yang tercipta dengan ekspresi diri dan dituangkan dalam bentuk kata-kata yang mampu memberikakan suatu perasaan yang berbeda saat menghayati puisi tersebut.


Sumber
Gani, Rizanur. 1988. Respons dan Analisis. Padang: Dian Dinamika Press.

Unsur-unsur Pembangun Puisi


Banyak teori tentang unsur pembangun puisi yang dikemukakan oleh para ahli yang ditinjau dari berbagai macam pendekatan dalam apresiasi puisi.
Richards mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari:
1.    Hakikat puisi yang melipuiti tema (sense), rasa (feeling), amanat (intention), nada (tone)
2.   Metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima (Waluyo, 1987: 27).
Waluyo (1987: 27-28) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang.
Menurut Jabrohim (2001: 34), dalam puisi terdapat 7 unsur struktur fisik, yaitu, diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, tipografi, dan sarana retorika. Sedangkan struktur batin puisi yaitu, tema, nada, perasaan, dan amanat.
Dari beberapa teori unsur pembangun puisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulkan unsur pembangun puisi ke dalam dua bagian yaitu:
  1. Struktur fisik
Unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik yang diuraikan sebagai berikut:
  1. Diksi
Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction yang oleh Hornby diartikan sebagai choise and use of words. Oleh Keraf diksi disebut pula pilihan kata (Jabrohim, 2001: 35).
2.Pengimajian
Gambaran-gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji. Sedangkan membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut citraan atau imajinasi (Jabrohim, 2001: 36).
Jadi, pengimajian adalah angan, pikiran, dan pengalaman pengarang hingga membentuk bahasa yang seolah-olah dapat dilihat, didengar, dan dirasakan oleh pembacanya.
3.Kata konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca (Jabrohim, 2001: 41).
4.Bahasa figuratif
Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna (Waluyo, 1987: 83).
5.Versifikasi
Versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum.
Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir baris puisi, atau bahkan juga pada keseluruhan baris atau bait puisi (Jabrohim, 2001: 53-54).
Ritma adalah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim, 2001: 53).
Metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu (Jabrohim, 2001: 54).
6.Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama (Jabrohim, 2001: 54).
7.Sarana retorika
Sarana retorika adalah muslihat pikiran. Muslihat pikiran ini berupa bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir (Jabrohim, 2001: 57).
2.   Struktur batin
Menurut Waluyo (1987: 106), struktur batin puisi ada empat unsur, yakni:
  1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo, 1987: 106). Sesuatu yang menjadi pikiran tersebut menjadi dasar puisi yang dicipta oleh penyair.
2.   Perasaan penyair
Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula.
3.  Nada dan suasana
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembaca (Waluyo, 1987: 125).
4.   Amanat
Amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya (Jabrohim, 2001: 67).
DAFTAR PUSTAKA
Jabrohim, Suminto, dan Charil Anwar. Menulis Kreatif. 2001. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. 1987. Surakarta: Erlangga.

sinonim kata tugas

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Sinonim dan kata tugas
Sebelumnya kita telah mengetahui secara umum mengenai apa yang dimaksud dengan sinonim ataupun kata tugas.. Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu anoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’.Secara semantik Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.. Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Kata tugas ialah kata atau frasa yang tidak berfungsi sebagai unsur inti dalam sesebaris ayat. Kata atau frasa ini berfungsi untuk mendukung tugas penghubung, penerang, penguat, pembantu atau tugas-tugas lain.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KATA TUGAS
            Kata tugas ialah kata atau frasa yang tidak berfungsi sebagai unsur inti dalam sesebaris ayat. Kata atau frasa ini berfungsi untuk mendukung tugas penghubung, penerang, penguat, pembantu atau tugas-tugas lain. Dalam pembahasan kata tugas yaitu menyangkut kata penghubung, kata depan dan keterangan aspek.
   Kata penghubung yaitu kata tugas yang menghubungkan antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf.
Kata depan yaitu menurut definisi tradisional adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat..
Kata keterangan aspek yaitu menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara obyektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara
2.1..  Macam-macam kata tugas
Kata tugas adalah sejenis kategori kata dalam tata bahasa formal bahasa Indonesia. Kata tugas dapat dibedakan menjadi :
a.       Kata depan
b.      Kata penghubung
c.       Kata keterangan aspek
2.2. PERBEDAAN SINONIM KATA TUGAS
Pada penjelasan sebelumnya terdapat beberapa macam kata tugas dalam bahasa indinesia. Kata tugas merupakan kata atau frasa yang berfungsi untuk mendukung tugas penghubung, penerang, penguat, pembantu atau tugas-tugas lain
a.      Kata depan
Kata Depan menurut definisi tradisional adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat. Kata-kata Depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia ialah: Di, Ke, Dari: ketiga macam kata depan ini dipergunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat.
Di digunakan bagi menunjukkan tempat.
Contoh:
1.      Dia mendalami pengetahuan agamanya di madrasah aljunied.
2.      Wanita itu mengerjakan salat di dalam kamarnya.
Ke digunakan bagi menunjukkan tempat atau arah.
Contoh: Trailer itu mengangkut barangan ke perlabuhan.
Dari digunakan bagi menunjukkan tempat, arah dan masa.
Contoh: Bambang  menggelecek bola itu keluar dari tengah padang.
Pada bagi kata-kata yang menyatakan orang, nama orang atau nama binatang, nama waktu atau kiasan dipergunakan kata pada untuk menggantikan di, atau kata-kata depan lain yang digabungkan dengan pada seperti daripada, kepada.
Daripada digunakan bagi menunjukkan punca, sumber (asal sesuatu) atau perbandingan.
Contoh: Semua perabot di rumahnya diperbuat daripada katu jati.
Kepada digunakan begi menunjukkan sasaran yang merujuk sesuatu dan pecahan:
Contoh: Kembalikan buku yang kaupinjam itu kepada sujiman.
Pada digunakan bagi menunjukkan waktu dan yang mendahului perkataan ada.
Contoh: Peperiksaan semester kedua akan berlangsung pada bulan oktober.
Bagi / untuk digunakan bagi menunjukkan kegunaan untuk sesuatu atau diperuntukkan untuk sesuatu.
Contoh: Rumah untuk / bagi anak-anak yatim itu akan dinaik taraf.
Tentang/ mengenai digunakan untuk memberi maksud hal yang dimaksudkan atau dikatakan.
Contoh:
1.Mereka membicarakan tentang kebersihan sekolah.
2. Kami duduk bercerita mengenai masa depan.
Umpama / seperti / bagai / laksana digunakan untuk memberikan maksud perbandingan atau persamaan.
Contoh: 1. Dia menurutkan hati mudanya yang keras bagai batu.
Sejak /Semenjak digunakan di hadapan kata nama atau frasa nama untuk memberi maksud sebagai penanda waktu.
Contoh:
1.      Ana sentiasa bersedih semenjak kematian ayahnya.
2.      Sejak hari itu, ilham tidak menegur nazira lagi.
b.      Kata penghubung
Macam-macam kata penghubung dan fungsinya :
1.      Kata Penghubung Aditif (gabungan) : dan→ serta ,lagi → lagi pula.
Kata Penghubung aditif (gabungan) adalah konjungsi koordinatif yang berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat dalam kedudukan yang sederajat.
Contoh:
1.      Mata kuliah sintaksis dan semantik merupakan matakuliah bidang kebahasaan.
2.      Kata Penghubung Pertentangan : tetapi→ akan tetapi ,melainkan → namun.
Kata penghubung pertentangan merupakan konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat dengan mempententangkan kedua bagian tersebut. Biasanya bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada yang pertama
Contoh:
1.      Dia bijak tetapi malas mengulang kembali pelajarannya.
2.      Dia tidak lapar melainkan haus.
3.      Yang bersalah bukanlah Adi sebaliknya dia yang membantu.
3.      Kata Penghubung Temporal (waktu) : apabila → bila → bilamana, sambil→ seraya , →  selama →sementara, sedari → sejak  → semenjak, setelah →sesudah, dan tatkala → waktu.
Kata penghubung temporal menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa.
Contoh:
1.      Ana sentiasa bersedih semenjak kematian ayahnya.
2.      Sejak hari itu, ilham tidak menegur nazira lagi.
3.      Waktu masih menjadi siswa SMU, ia sangat pandai.
4.      Kami tinggal hanya untuk sementara.
5.      Ia berkata sambil menyerahkan bungkusan itu.
4.      Kata Penghubung Final (tujuan) : supaya → agar
Konjungsi tujuan adalah semacam konjungsi modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu penistiwa, atau tindakan.
Contoh:
1.      Orang tua itu sentiasa berdoa supaya hidupnya dan anak-anaknya bahagia.
2.      Kita sebaiknya banyak makan sayur agar tetap sehat.
5.       Kata Penghubung Sebab (kausal) : sebab → karena
Konjungsi sebab menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai oleh konjungsi sebab, induk kalimat merupakan akibatnya.
Contoh :
1.      Segala akibat ada sebabnya.
2.      Kita harus berani karna benar.
6.       Kata Penghubung Syarat (kondisional) : jika → jikala → kalau, apabila→ bilamana.
Konjungsi syarat menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi bila syarat-syarat yang disebutkan itu dipenuhi.
Contoh ;
1.
7. Kata Penghubung Tak Bersyarat : walaupun→ meskipun → biarpun
Kata penghubung tak bersyarat menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi tanpa perlu ada syarat-syarat yang dipenuhi.
Contoh:
1.      Dia masih nakal walaupun telah dinasihati beberapa kali.
2.      Dia tetap tersenyum meskipun hatinya sakit.
3.      Walaupun ia termasuk keluarga yang tak berada namu pandai.
8. Kata Penghubung Perbandingan : sebagai →sebagaimana → seperti →, bagai→ bagaikan →seakan-akan → ibarat → umpama
Kata penghubung perbandingan berfungsi menghubung­kan dua hal dengan cara membandingkan kedua hal itu.
9. Kata Penghubung Penegas (menguatkan atau intensifikasi) : bahkan, apalagi, yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.
Konjungsi ini berfungsi untuk menegaskan atau meningkas suatu bagian kalimat yang telah disebut sebelumnya.
10. Kata Penghubung Penjelas (penetap) : bahwa.
Konjungsi penjelas berfungsi menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya.
Contoh :
1.      Andi mengatakan bahwa ali tidak kesekolah.
11. Kata Penghubung Pembenaran (konsesif) : seperti.,serupa
Konjungsi pembenaran adalah konjungsi subondinatif yang menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mengakui suatu hal, sementara menolak hal yang lain yang ditandai oleh konjungsi tadi.
12. Kata Penghubung Urutan : mula-mula, lalu, dan kemudian.
Konjungsi ini menyatakan urutan sesuatu hal.
Contoh :
1.
13. Kata Penghubung Pembatasan : kecuali, selain.
Kata penghubung ini menyatakan pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat dikerjakan.
Contoh :
1.
14. Kata Penghubung Penanda : misalnya, umpama dan contoh
Kata penghubung ini menyatakan penandaan terhadap sesuatu hal.
Contoh :
1.      perbuatannya merupakan contoh yang buruk bagi anak-anaknya.
15. Kata Penghubung Situasi: sedangkan, padahal.
Kata penghubung situasi menjelaskan suatu perbuatan terjadi atau berlangsung dalam keadaan tertentu.
Contoh :
1.       

c.                   Kata keterangan aspek
Keterangan Aspek menjelaskan berlangsungnya suatu peristiwa secara obyektif, bahwa suatu peristiwa terjadi dengan sendirinya tanpa suatu pengaruh atau pandangan dari pembicara. Keterangan Aspek dapat dibagi-bagi lagi, antara lain:
1.      Aspek Duratif
Keterangan aspek yang menunjukkan bahwa suatu peristiwa tengah berlangsung: sedang, sementara.
Contoh :
1.      Kami sementara mengerjakan tugas kelompok.
2.      Saat ini sedang ada rapat redaksi.
2.      Aspek Perfektif
Menyatakan bahwa suatu peristiwa telah mencapai titik penyelesaian: sudah, telah.
Contoh :
1.      Dia telah menyelesaikan sekolahnya.
2.      Anak itu sudah besar rupanya !