Sabtu, 18 Juni 2011

Pulau barrang Lompo


Dalam rangka mata kuliah Metode Penelitian Kebudayaan yang diikuti oleh mahasiswa Sastra Indonesia,Sasta daerah dan Sastra Arab dan di pandu oleh dosen mata kuliah tersebut yaitu AB.TAKKO, Kamis 02 juni 2011 tepatnya pukul 08.00 kami berkumpul di kampus untuk persiapan berakat ke pulau Barrang Lompo. Pada hari sebelumnya kami telah mendapatkan informasi untuk berangkat pada hari tersebut. Namun, tidak sedikit teman-teman yang terlambat bahkan mobil yang akan kami tumpangngi menuju tempat penyebrangan menuju pulau Barrang Lompo harus menunggu hingga kurang lebih 1 jam. Setelah semuanya berkumpul kami pun berangkat, waktu perjalanan dari kampus menuju dermaga kurang lebig 1 jam. Untuk sampai di pulau tersebut kami menggunakan kapal kecil yang memuat kurang lebih 80 penumpang. Awalnya saya merasa sangat takut karna menurut kabar yang beredar pulau tersebut sangat berbahaya karna ombaknya sangat tinggi. Namun, setelah melalui perjalan selama kurang lebih 1 jam dari dermaga saya tidak merasa takut bahkan perjalanan ini sangat menyenangkan. Setelah sampai di pulau Barrang Lompo, saya dan teman-teman yang lain merasa heran dan tertawa sendiri karna dalam pemikiran kami sebelumya, pulau Barrang Lompo ini merupakan pulau yang seperti pulau pada umumnya yang hanya terdapat pohon-pohon, penginapan dan kalaupun ada warga yang menghuni itupun hanya satu dua orang saja. Dalam kenyataan yang saya saksikan pulau Barrang Lompo ini merupkan pulau yang padat penduduk bahkan pulau ini sama sekali tidak terlihat seperti sebuah pulau jika di lihat dari bagian dalam.
Sesampai di pulau tersebut, saya dan rombongan menuju penginapan yang telah disiapkan dan penginapan tersebut adalah pengunapan Unhas dan merupakan kampus penelitian Fakultas Perikanan dan Kelautan. Di penginapan tersebut terdapat 2 lanta, lantai bawah terdiri dari 3 kamar yang disiapkan untuk cowok dan lantai 2 disiapkan untuk cewek dan juga terdiri dari 3 kamar. Setelah isterahat saya dan rombongan melanjutkan jadwal menelitian dan sebelum itu kami berkumpul di sebuah ruangan yang besar untuk membahas apa-apa saja yang berkaitan dengan penelitian yang akan di laksanakan dan pembagian kelompok. Saya mendapat kelompok 1 yang membahas mengenai religi(agama) dan kepercayaan pada masyarakat pulau Barrang Lompo. Selesai pembentukan kelompok saya dan teman-teman dari kelompok 2 berdiskusi untuk pembagian wilayah penelitian. Perjalanan pun dimulai, saya dan beberapa teman dari kelompok dua menuju sebuah mesjid yang ramai dengan anak-anak yang pada hari itu sedang mengaji dan ada juga beberapa guru yang membimbing mereka. Pada saat itu, kami tidak dapat berbincang-bincang dengan mereka karna sedang berlangsung pengajian, sehingga kami melanjutkan perjalanan ke rumah warga yang berada tepat disamping mesjid tersebut. Abado 6o th, merupakan warga asli pulau tersebut, hal tersebut di ungkapkan sendiri bahwa dia berada di pulau Barrang Lompo ini sejak lahir. Saya merasa senang karna dia merespon kedatangan kami dengan hangat. Menurutnya, pulau Barrang Lompo sudah ada sejak zaman jepang, selain itu dya juga mengungkapkan bahwa masyarakat yang menghuni pulau tersebut adalah mayoritas islam, namun ada pula 1 sampai 2 orang yang beragama Kristen, mereka merupakan pendatang dari NTT dan daerah-daerah lainnya yang menetap di pulau ini sebagai nelayan teripang. “ Di pulau ini banyak makam yang dikeramatkan, karna makam itu adalah makam walli-walli dan orang-orang di pulau ini percaya kalau kita bisa bernasar di makam itu dan bisa meminta kesembuhan” ungkap bapak Abido. Selain Abido, Hj. Halima yang juga merupakan warga pulau Barrang Lompo ini mengungkapkan hal demikian.  Dan ditambahkan lagi bahwa dulu pernah tersebar kabar bahwa akan dibangun sebuah gereja di pulau tersebut namun masyarakat menolak kan hal itu sehingga rencana itu tidak terlaksanakan hingga saat ini.
Perjalanan kami lanjutkan denggan menggunakan bentor hingga kami sampai di depan sebuah kuburan yang terdapat di samping mesjid, kami pun turun dan mulai bertanya pada warga yang berada disekitar kuburan tersebut. Menurut informasi yang saya dapatkan dari seorang warga yang tidak ingin menyebutkan identitasnya bahwa pulau ini merupakan pulau yang memiliki kelebihan tersendiri., menurutnya pulau barang Lompo berbentuk seperti bulat telur namun pada peta pulau ini berbentuk telapak kaki. Lebih lengkap dijelaskan bahwa pulau ini terdapat 7 makam wali yang dipercaya keramat oleh masyarakat, makam yang diutamakan yaitu makam syekh Min Alimin Min Salihin merupakan tokoh penebar islam di pulau ini dan merupakan saudara dari Syekh Ahmad yang berada di Benteng Somba Opu, dan jika ada masyarakat dari daerah mana pun yang akan bersiarah maka makam tersebut  merupakan tujuan utama yang harus dikunjungi sebelum bersiarah ke makam-makam yang lainnya.selain makam Syekh tersebut, juga terdapat sebuah makam yang tepat berada dibelakang rumah ibu yang memberikan keterangan. Makam itu di beri nama jera’ inro-inro yang artinya berputar atau berkeliling. Dikatakan demikian karna menurut ibu tersebut, setiap malam jumat kuburan tersebut (jera’ inro-inro) berputar mengelilingi pulau Barrang Lompo .Selain itu, juga terdapat beberapa makam melayu yang berada berdampingan. Menurut cerita, saat masa penjajahan dahulu, apabila ada musuh akan menuju pulau Barrang Lompo ini maka pulau tersebut tidak terlihat.
Setelah selesai berbincang-bincang dengan warga sekitar saya dan teman-teman kembali ke penginapan untuk beristirahat. Pada malam hari, kami makan bersama dan selanjutnya semua kegiatan yang dilakukan tidak lagi berkaitan dengan penelitian. Diantaranya, ada yang berkeliling pulau untuk melihat kehidupan malam di pulau Barrang Lompo, ada pula yang bermain kartu dan ada juga yang hanya memilih beristirahat dikamar.
Keesokan harinya, jumat 03 juni 2011pukul 06.00 kami bersiap-siap untuk kembali ke Makassar, namun sebelum itu kami menyempatkn diri untuk memesan ole-ole yang berupa pernak-pernik laut dan mencari sarapan. Perjalanan kembali ke Makassar selama kurang lebih 1 jam tanpa terasa karna sepanjang perjalanan saya tertidur. Sampai di dermaga, telah ada mobil yang menunggu dan kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali ke rumah masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar