Dalam rangka mata kuliah
Metode Penelitian Kebudayaan yang diikuti oleh mahasiswa Sastra Indonesia,Sasta
daerah dan Sastra Arab dan di pandu oleh dosen mata kuliah tersebut yaitu
AB.TAKKO, Kamis 02 juni 2011 tepatnya pukul 08.00 kami berkumpul di kampus
untuk persiapan berakat ke pulau Barrang Lompo. Pada hari sebelumnya kami telah
mendapatkan informasi untuk berangkat pada hari tersebut. Namun, tidak sedikit
teman-teman yang terlambat bahkan mobil yang akan kami tumpangngi menuju tempat
penyebrangan menuju pulau Barrang Lompo harus menunggu hingga kurang lebih 1
jam. Setelah semuanya berkumpul kami pun berangkat, waktu perjalanan dari
kampus menuju dermaga kurang lebig 1 jam. Untuk sampai di pulau tersebut kami
menggunakan kapal kecil yang memuat kurang lebih 80 penumpang. Awalnya saya
merasa sangat takut karna menurut kabar yang beredar pulau tersebut sangat
berbahaya karna ombaknya sangat tinggi. Namun, setelah melalui perjalan selama
kurang lebih 1 jam dari dermaga saya tidak merasa takut bahkan perjalanan ini
sangat menyenangkan. Setelah sampai di pulau Barrang Lompo, saya dan
teman-teman yang lain merasa heran dan tertawa sendiri karna dalam pemikiran
kami sebelumya, pulau Barrang Lompo ini merupakan pulau yang seperti pulau pada
umumnya yang hanya terdapat pohon-pohon, penginapan dan kalaupun ada warga yang
menghuni itupun hanya satu dua orang saja. Dalam kenyataan yang saya saksikan
pulau Barrang Lompo ini merupkan pulau yang padat penduduk bahkan pulau ini
sama sekali tidak terlihat seperti sebuah pulau jika di lihat dari bagian
dalam.
Sesampai di pulau tersebut,
saya dan rombongan menuju penginapan yang telah disiapkan dan penginapan
tersebut adalah pengunapan Unhas dan merupakan kampus penelitian Fakultas
Perikanan dan Kelautan. Di penginapan tersebut terdapat 2 lanta, lantai bawah
terdiri dari 3 kamar yang disiapkan untuk cowok dan lantai 2 disiapkan untuk
cewek dan juga terdiri dari 3 kamar. Setelah isterahat saya dan rombongan melanjutkan
jadwal menelitian dan sebelum itu kami berkumpul di sebuah ruangan yang besar
untuk membahas apa-apa saja yang berkaitan dengan penelitian yang akan di
laksanakan dan pembagian kelompok. Saya mendapat kelompok 1 yang membahas
mengenai religi(agama) dan kepercayaan pada masyarakat pulau Barrang Lompo.
Selesai pembentukan kelompok saya dan teman-teman dari kelompok 2 berdiskusi
untuk pembagian wilayah penelitian. Perjalanan pun dimulai, saya dan beberapa
teman dari kelompok dua menuju sebuah mesjid yang ramai dengan anak-anak yang
pada hari itu sedang mengaji dan ada juga beberapa guru yang membimbing mereka.
Pada saat itu, kami tidak dapat berbincang-bincang dengan mereka karna sedang
berlangsung pengajian, sehingga kami melanjutkan perjalanan ke rumah warga yang
berada tepat disamping mesjid tersebut. Abado 6o th, merupakan warga asli pulau
tersebut, hal tersebut di ungkapkan sendiri bahwa dia berada di pulau Barrang
Lompo ini sejak lahir. Saya merasa senang karna dia merespon kedatangan kami
dengan hangat. Menurutnya, pulau Barrang Lompo sudah ada sejak zaman jepang,
selain itu dya juga mengungkapkan bahwa masyarakat yang menghuni pulau tersebut
adalah mayoritas islam, namun ada pula 1 sampai 2 orang yang beragama Kristen,
mereka merupakan pendatang dari NTT dan daerah-daerah lainnya yang menetap di
pulau ini sebagai nelayan teripang. “ Di pulau ini banyak makam yang
dikeramatkan, karna makam itu adalah makam walli-walli dan orang-orang di pulau
ini percaya kalau kita bisa bernasar di makam itu dan bisa meminta kesembuhan”
ungkap bapak Abido. Selain Abido, Hj. Halima yang juga merupakan warga pulau
Barrang Lompo ini mengungkapkan hal demikian.
Dan ditambahkan lagi bahwa dulu pernah tersebar kabar bahwa akan
dibangun sebuah gereja di pulau tersebut namun masyarakat menolak kan hal itu
sehingga rencana itu tidak terlaksanakan hingga saat ini.
Perjalanan kami lanjutkan
denggan menggunakan bentor hingga kami sampai di depan sebuah kuburan yang
terdapat di samping mesjid, kami pun turun dan mulai bertanya pada warga yang
berada disekitar kuburan tersebut. Menurut informasi yang saya dapatkan dari
seorang warga yang tidak ingin menyebutkan identitasnya bahwa pulau ini
merupakan pulau yang memiliki kelebihan tersendiri., menurutnya pulau barang
Lompo berbentuk seperti bulat telur namun pada peta pulau ini berbentuk telapak
kaki. Lebih lengkap dijelaskan bahwa pulau ini terdapat 7 makam wali yang
dipercaya keramat oleh masyarakat, makam yang diutamakan yaitu makam syekh Min Alimin Min Salihin merupakan
tokoh penebar islam di pulau ini dan merupakan saudara dari Syekh Ahmad yang berada di Benteng Somba
Opu, dan jika ada masyarakat dari daerah mana pun yang akan bersiarah maka
makam tersebut merupakan tujuan utama
yang harus dikunjungi sebelum bersiarah ke makam-makam yang lainnya.selain
makam Syekh tersebut, juga terdapat sebuah makam yang tepat berada dibelakang
rumah ibu yang memberikan keterangan. Makam itu di beri nama jera’ inro-inro yang artinya berputar atau berkeliling. Dikatakan
demikian karna menurut ibu tersebut, setiap malam jumat kuburan tersebut (jera’ inro-inro) berputar mengelilingi pulau Barrang Lompo .Selain itu,
juga terdapat beberapa makam melayu yang berada berdampingan. Menurut cerita,
saat masa penjajahan dahulu, apabila ada musuh akan menuju pulau Barrang Lompo
ini maka pulau tersebut tidak terlihat.
Setelah selesai
berbincang-bincang dengan warga sekitar saya dan teman-teman kembali ke
penginapan untuk beristirahat. Pada malam hari, kami makan bersama dan
selanjutnya semua kegiatan yang dilakukan tidak lagi berkaitan dengan
penelitian. Diantaranya, ada yang berkeliling pulau untuk melihat kehidupan
malam di pulau Barrang Lompo, ada pula yang bermain kartu dan ada juga yang
hanya memilih beristirahat dikamar.
Keesokan harinya, jumat 03
juni 2011pukul 06.00 kami bersiap-siap untuk kembali ke Makassar, namun sebelum
itu kami menyempatkn diri untuk memesan ole-ole yang berupa pernak-pernik laut
dan mencari sarapan. Perjalanan kembali ke Makassar selama kurang lebih 1 jam
tanpa terasa karna sepanjang perjalanan saya tertidur. Sampai di dermaga, telah
ada mobil yang menunggu dan kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali ke
rumah masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar