Sejarah Drama di Dunia
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Drama
terlebih dahulu berkembang di dunia barat yang disebut drama klasik
pada zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani
maupun Romawi banyak sekali yang bersifat abadi, terkenal sampai kini.
Semua ini sekedar informasi untuk memperluas pengetahuan kita di
Indonesia khususnya mahasiswa tentang perkembangan drama di luar
Indonesia.
2. Sejarah Drama di Dunia
2.1. Drama Klasik
Yang
disebut drama klasik adalah drama yang hidup pada zaman Yunani dan
Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani maupun Romawi banyak sekali
karya drama yang bersifat abadi, terkenal sampai kini.
a. Zaman Yunani.
Asal
mula drama adalah Kulrus Dyonisius. Pada waktu itu drama dikaitkan
dengan upacara penyembahan kepada Dewa Domba/Lembu. Sebelum pementasan
drama, dilakukan upacara korban domba/lembu kepada Dyonisius dan
nyanyian yang disebut “tragedi”. Dalam perkembangannya, Dyonisius yang
tadinya berupa dewa berwujud binatang, berubah menjadi manusia, dan
dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan. Komedi sebagai lawan dari kata
tragedi, pada zaman Yunani Kuno merupakan karikatur terhadap cerita
duka dengan tujuan menyindir penderitaan hidup manusia.
Ada 3 tokoh Yunani yang terkenal, yaitu: Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato, keindahan bersifat relatif. Karya karya seni dipandanganya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi itu menurut Plato bukan demi kepentingan imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya Plato yang terkenal adalah The Republic. Aristoteles juga tokoh Yunani yang terkenal. Ia memandang karya seni bukan hanya sebagai imitasi kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebijakan dalam dirinya. Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak yang menentu. Sophocles adalah tokoh drama terbesar zaman Yunani. Tiga karya yang merupakan tragedi, bersifat abadi, dan temanya Relevan sampai saat ini. Dramanya itu adalah: “Oedipus Sang Raja”, “Oedipus di Kolonus”, dan “Antigone”. Tragedi tentang nasib manusia yang mengenaskan. Tokoh Lain yang dipandang tokoh pemula drama Yunani adalah Aeschylus, dengan karya-karyanya: “Agamenon”, “The Choephori”, “The Eumides”. Euripides yang hidup antara 485-306 SM, merupakan tokoh tragedi, seperti halnya Aeschylus. Karya-karya Euripides adalah: Electra, Medea, Hippolytus, The Troyan Woman dan Iphigenia in Aulis. Jika Aeschylus, Sophocles, dan Euripides merupakan tokoh strategi, maka dalam hal komedi ini mengenal tokoh Aristophanes. Karya-karyanya adalah : The Frogs, The Waps, dan The Clouds.
Ada 3 tokoh Yunani yang terkenal, yaitu: Plato, Aristoteles, dan Sophocles. Menurut Plato, keindahan bersifat relatif. Karya karya seni dipandanganya sebagai mimetik, yaitu imitasi dari kehidupan jasmaniah manusia. Imitasi itu menurut Plato bukan demi kepentingan imitasi itu sendiri, tetapi demi kepentingan kenyataan. Karya Plato yang terkenal adalah The Republic. Aristoteles juga tokoh Yunani yang terkenal. Ia memandang karya seni bukan hanya sebagai imitasi kehidupan fisik, tetapi harus juga dipandang sebagai karya yang mengandung kebijakan dalam dirinya. Dengan demikian karya-karya itu mempunyai watak yang menentu. Sophocles adalah tokoh drama terbesar zaman Yunani. Tiga karya yang merupakan tragedi, bersifat abadi, dan temanya Relevan sampai saat ini. Dramanya itu adalah: “Oedipus Sang Raja”, “Oedipus di Kolonus”, dan “Antigone”. Tragedi tentang nasib manusia yang mengenaskan. Tokoh Lain yang dipandang tokoh pemula drama Yunani adalah Aeschylus, dengan karya-karyanya: “Agamenon”, “The Choephori”, “The Eumides”. Euripides yang hidup antara 485-306 SM, merupakan tokoh tragedi, seperti halnya Aeschylus. Karya-karya Euripides adalah: Electra, Medea, Hippolytus, The Troyan Woman dan Iphigenia in Aulis. Jika Aeschylus, Sophocles, dan Euripides merupakan tokoh strategi, maka dalam hal komedi ini mengenal tokoh Aristophanes. Karya-karyanya adalah : The Frogs, The Waps, dan The Clouds.
Bentuk Stragedi Klasik, dengan ciri-ciri tragedi Yunani adalah sebagai berikut :
1. Lakon tidak selalu diakhiri dengan kematian tokoh utama atau tokoh protagonis.
2. Lamanya Lakon kurang dari satu jam.
2. Lamanya Lakon kurang dari satu jam.
3. Koor sebagai selingan dan pengiring sangat berperan (berupa nyanyian rakyat atau
pujian).
4. Tujuan pementasan sebagai Katarsis atau penyuci jiwa melalui kasih dan rasa takut.
5. Lakon biasanya terdiri atas 3-5 bagian, yang diselingi Koor (stasima). Kelompok Koor
4. Tujuan pementasan sebagai Katarsis atau penyuci jiwa melalui kasih dan rasa takut.
5. Lakon biasanya terdiri atas 3-5 bagian, yang diselingi Koor (stasima). Kelompok Koor
biasanya keluar paling akhir (exodus).
6. Menggunakan Prolog yang cukup panjang.
Bentuk
pentas pada zaman Yunani berupa pentas terbuka yang berada di
ketinggian. Dikelilingi tempat duduk penonton yang melingkari bukit,
tempat pentas berada di tengah-tengah. Drama Yunani merupakan ekspresi
religius dalam upacara yang bersifat religius pula.
Bentuk Komedi, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Komedi tidak mengikuti satire individu maupun satire politis.
2. Peranan aktor dalam komedi tidak begitu menonjol;
3. Kisah lakon dititikberatkan pada kisah cinta, yaitu pengejaran gadis oleh pria yang
cintanya ditolak orang tua/famili sang gadis.
4. Tidak digunakan Stock character, yang biasanya memberikan kejutan.
5.
Lakon menunjukan ciri kebijaksanaan, karena pengarangnya melarat dan
menderita, tetapi kadang-kadang juga berisi sindiran dan sikap yang
pasrah.
b. Zaman Romawi
Terdapat
tiga tokoh drama Romawi Kuno, Yaitu: Plutus, Terence atau Publius
Terence Afer, dan Lucius Senece. Teater Romawi mengambil alih gaya
teater Yunani. Mula-mula bersifat religius, lama-kelamaan bersifat
mencari uang (show biz). Bentuk pentas lebih megah dari zaman Yunani.
2.2. Teater Abad Pertengahan
Pengaruh
Gereja Khatolik atas drama sangat besar pada zaman Pertengahan ini.
Dalam pementasan ada nyanyian yang dilagukan oleh para rahib dan
diselingi dengan Koor. Kemudian ada pelanggan “Pasio” seperti yang
sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara Paskah sampai saat ini.’
Ciri-ciri khas theater abad Pertengahan, adalah sebagai berikut :
1. Pentas Kereta.
2. Dekor bersifat sederhana dan simbolik.
3. Pementasan simultan bersifat berbeda dengan pementasan simultan drama modern.
2.3. Zaman Italia
Istilah
yang populer dalam zaman Italia adalah Comedia Del’arie yang bersumber
dari komedi Yunani. Tokoh-tokohnya antara lain: Date, dengan
karya-karyanya: The Divina Comedy Torquato Tasso dengan karyanya
drama-drama liturgis dan pastoral dan Niccolo Machiavelli dengan
karya-karyanya Mandrake.
Ciri-ciri drama pada zaman ini, adalah sebagai berikut :
a. Improvitoris atau tanpa naskah.
b. Gayanya dapat dibandingkan dengan gaya jazz, melodi ditentukan dulu, baru
kemudian pemain berimprovisasi (bandingkan teater tradisional di Indonesia).
c. Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha mendekati kenyataan.
d. Gejala akting pantomime, gila-gilaan, adegan dan urutan tidak diperhatikan.
c. Cerita berdasarkan dongeng dan fantasi dan tidak berusaha mendekati kenyataan.
d. Gejala akting pantomime, gila-gilaan, adegan dan urutan tidak diperhatikan.
2.4. Zaman Elizabeth
Pada
awal pemerintahan Ratu Elizabeth I di Inggris (1558-1603), drama
berkembang dengan sangat pesatnya. Teater-teater didirikan sendiri atas
prakarsa sang ratu. Shakespeare, tokoh drama abadi adalah tokoh yang
hidup pada zaman Elizabeth.
Ciri-ciri naskah zaman Elizabeth, adalah:
a. Naskah Puitis.
b. Dialognya panjang-panjang.
c. Penyusunan naskah lebih bebas, tidak mengikuti hukum yang sudah ada.
d. Lakon bersifat simultan, berganda dan rangkap.
e. Campuran antara drama dengan humor.
2.5. Perancis : Molere dan Neoklasikisme
Tokoh-tokoh
drama di Prancis antara lain Pierre Corneile (1606-1684, dengan
karya-karya: Melite, Le Cid), Jean Racine (1639-1699, dengan karya:
Phedra).
2.6. Jerman: Zaman Romantik
Tokoh-tokoh
antara lain: Gotthold Ephrairn Lessing (1729-1781, dengan karya Emilla
Galott, Miss Sara Sampson, dan Nathan der Weise), Wolfg Von Goethe
(1749-1832, dengan karya: Faust, yang difilmkan menjadi Faust and the
Devil), Christhoper Frederich von Schiller (1759-1805, dengan karya: The
Robbers, Love and Intrigue, Wallenstein, dan beberapa adaptasi dan
Shakespeare).
2.7. Drama Modern
a. Norwegia : Ibsen
Tokoh
paling terkemuka dalam perkembangan drama di Norwegia adalah Henrik
Ibsen (1828-1906). Karya Ibsen yang paling terkenal dan banyak
dipentaskan di Indonesia adalah “Nova”, saduran dari terjemahan Armyn
Pane “Ratna”. Karya-karya Ibsen adalah Love’s Comedy, The Pretenders,
Brand dan Peer Gynt (drama puitis), A Doll House, An Emeyn of the
people, The Wild Duck, Hedda Gabler, dan Rosmersholm.
b. Swedia : August Strinberg
Tokoh
drama paling terkenal di swedia adalah Strindberg (1849-1912).
Karya-karya drama yang bersifat historis dari Strindberg di antaranya
adalah Saga of the Folkum dan The Pretenders, Miss Julia dan The Father
adalah drama naturalis. Drama penting yang bersifat ekspresionitis
adalah A Dream Play, The Dance of Death, dan The Spook Sonata.
c. Inggris : Bernard Shaw dan Drama Modern.
Tokoh
drama modern Inggris yang terpenting (setelah Shakespeare) adalah
George Bernard Shaw (1856-1950). Ia dipandang sebagai penulis lakon
terbesar dan penulis terbesar pada abad Modern.
d. Irlandia : Yeats sampai O’Casey
Tokoh
penting drama Irlandia Modern adalah William Butler Yeats yang
merupakan pemimpin kelompok sandiwara terkemuka di Irlandia dan Sean
O’Casey (1884) dengan karyanya: The Shadow of a Gunman, Juno and the
Paycock, The Plough and the Start, The Silver Tassie, Withim the Gates,
dan The Start Turns Red. Tokoh lainya adalah John Millington Synge
(1871-1909) dengan karya-karya: Riders to the Sea, dan The Playboy of
the Western World. Synge merupakan pelopor teater Irlandia yang
mengangkat dunia teater menjadi penting disana.
e. Perancis : dari Zola sampai Sartre
Dua tokoh drama terkemuka di Prancis adalah Emile Zola (1840-1902) dan Jean Paul Sartre (1905).
f. Jerman dan Eropa Tengah : dari Hauptman sampai Brecht
Banyak
sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern Tokoh seperti Hebble dan
temannya telah mempelopori a1iran Realisme. Pengarang Naturalis yang
terkenal adalah Gerhart Huptman (1862-1945) dan Aflhur Schnitzler
(1862-19310).
g. Italia : dari Goldoni sampai Pirandillo
Setalah
zaman resenaissance, karya-karya drama banyak berupa opera disamping
comedia dell’arte. Tokoh drama Italia antara lain Goldoni (1707-1793)
dengan karya Mistress of the Inn. Gabrille D’Annunzio (1863-1938) dan
Luigi Pirandello (1867-1936).
h. Spanyol : dari Benavente ke Lorca
Bagi
Spanyol, abad XX dipandang sebagai abad kebangkitan dromatic spirit.
Tokohnya antara lain: Jacinto Benavente (1866-1954) yang pernah mendapat
hadiah Nobel 1922. Sezaman dengan Benavente adalah Gregorio Martinez
Sierra (1881-1947) dengan karyanya The Cradle Song. Pengarang paling
penting pada zaman modern di Spanyol adalah penyair dan penulis drama
Federico Garcia Lorco (1889-1936).
i. Rusia : dari Pushkin ke Andreyev
Tzarina
Katerin Agung dipandang sebagai pengembangan drama di Rusia. Pengarang
pertama yang dipandang serius adalah Alexander Pushkin (1799-1837)
dengan karyanya Boris Godunov, sebuah tragedi historis.
j. Amerika : Golfrey sampai Miller
karyanya The Princes of Parthic (1767). Sejak
adanya Broadway sebagai pusat teater, perkembangan teater di Amerika
sangat pesat. Tokoh-tokohnya antara lain Eugne Gladstone O’Neill
(1888-1953). Tokoh drama lainya Maxwell Anderson (188-1959). Dengan
karyanya: Elizabeth the Queen, Mary of Scotland, dan Anne of Thousand
Days. Juga Winterset, What Price Glory, Both Your houses dan High Tor.
Thornton Wulder (1897- .....) dengan karyanya Our Town, The Skin of Our
Theeth, dan The Matchmake,: Elmer Rice (1892-....), karyanya: Street
Scene (mendapat hadiah Pulitzer), The Adding Machine, dan Dream Girl. Beberapa
pengarang lain diantaranya Clifford Odets (yang dikenal dengan protes
sosialnya, (Tennesse Williams dan Arthur Miller, Odets (1906-…..).
antara lain mengarang: Waiting-for Lefty, Golden Boy, Awake and Sing,
The country Girl, dan The Flowering Peach. Pengikut Odets sebagai
pengarang protes social adalah: Lilian Heilman Saroyan ( 1905-….). Yang
dikenal sebagai pengarang masa kini di antaranya adalah Tennesse
Williams (1914-.….) Arthur Miller (1915-….) dan William Inge. Pengarang
lainnya adalah: Robert Anderson (karyanya: Tea and Shympathy, All Summer
Long, an Silent Night, Lonely Night). William Gibson (Karyanya: Two for
the Seesaw dan The Miracle Worker). Brooks Atkinson (karyanya: The New
York Times). Drama Komedi musikal juga berkembang di
Amerika, misalnya: A Trip to Chinatown (oleh Charles Hoyt), Forty Five
Minutes from Broadway (oleh George M. Cohan), Of There I Song karya
George S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar